Narasita.com-Donggala- Kecamatan Pinembani di Kabupaten Donggala tercatat sebagai daerah dengan angka stunting tertinggi, menyumbang sekitar 40 persen dari total kasus stunting di daerah tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Donggala, dr. Syahriar, dalam keterangan persnya pada Rabu, 20 Maret 2024.

Dr. Syahriar menegaskan bahwa dirinya telah meninjau langsung kondisi di Pinembani dan menemukan sejumlah faktor, termasuk genetik keluarga, yang memengaruhi tingginya angka stunting.

Mengingat letak geografisnya yang terpencil, Dinkes telah mengimplementasikan intervensi kesehatan di daerah perbatasan dan kepulauan, termasuk penempatan pos pelayanan kesehatan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.

“Hampir seluruh wilayah terpencil kami telah dilengkapi dengan pos pelayanan kesehatan, meskipun tahun ini tidak menjadi lokasi intervensi. Pada tahun 2022, Donggala menjadi fokus pelayanan kesehatan kepulauan dengan dukungan anggaran dari Kementerian Kesehatan,” jelasnya.

Dr. Syahriar menambahkan bahwa tahun ini anggaran terbatas, sehingga Dinkes merangkul program monitoring evaluasi di Puskesmas untuk efisiensi. Faktor utama penyebab stunting di Pinembani adalah kurangnya asupan gizi, yang disebabkan oleh jarak yang jauh dari sumber makanan laut.

Oleh karena itu, Dinkes menerapkan intervensi berbasis pertanian perikanan dan mendorong program “1 telur 1 hari” melalui pemberian pakan ayam kepada masyarakat.

Sayangnya, dr. Syahriar mencatat bahwa penanganan stunting sering kali hanya menjadi tanggung jawab Dinkes, padahal keberhasilan penanganan seharusnya merupakan tanggung jawab bersama semua sektor terkait.

“Jalan tidak bisa sendiri-sendiri. Ini sangat disayangkan,” pungkasnya