Narasita.com- Palu, – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Profesor Kiai Haji Lukman S Thahir menyatakan bahwa generasi muda atau Gen Z dan millenial di Tanah Air termasuk di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, harus dilindungi dari bahaya faham radikalisme.

“Generasi muda atau Gen Z dan millenial adalah komponen harapan bangsa, yang diharapkan dapat melanjutkan pembangunan berkelanjutan di masa mendatang, maka mereka tidak boleh terpapar dari gerakan intoleransi, faham radikalisme dan terorisme,” ujar Profesor Kiai Haji Lukman S Thahir, dalam kegiatan dialog penguatan tentang Gen Z dan moderasi beragama
menemukan jalan tengah dalam keberagaman, di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/6).

Kegiatan yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas lingkup UIN Datokarama itu, terlaksana berkat kolaborasi antara UIN Datokarama dengan Balai Litbang Agama Makassar.

Profesor Lukman yang juga sebagai peneliti terorisme Poso, mengemukakan bahwa terdapat empat faktor penyebab yang membuat Gen Z dan milenial rentan terhadap propaganda perilaku intoleran.

Empat faktor penyebab itu ialah, faktor neorologis, faktor kedekatan keluarga, faktor sosial, dan faktor internet dan media sosial berbagai platform.

Pada faktor neorologis, ia menjelaskan, remaja cukup unik karena perkembangan otak mereka berlangsung dengan cara yang agak tidak merata. Secara khusus, selama masa remaja, korteks prefrontal yang memandu penalaran dan pengendalian diri berkembang lebih bertahap daripada amigdala – pusat emosi manusia. Ini membantu menjelaskan mengapa remaja antara usia 18 dan 20 tahun bagi banyak orang tua sering tampak impulsif dan gegabah.

“Proses transisi inilah yang membuat pemuda menjadi seperti dempul psikologis di tangan kelompok ekstrim yang terampil,” ungkapnya.

Faktor kedekatan keluarga, ujar dia, kerentanan psikologis esensial remaja yang timbul dari faktor neurologis, lebih jauh dipengaruhi oleh konteks keluarga dekat.

Ia mengutip pernyataan Psikiater Inggris Russell Razzaque yang berpendapat bahwa ‘ikatan awal orang tua’ sangat penting untuk perkembangan emosional yang sehat di masa muda.

Sementara pada faktor sosial, gen z dan millenial rentan terapapar, juga dipengaruhi oleh komunitas atau sub-budaya dari Gen-Z yang relatif terisolasi dari pemerintahan yang lebih luas, dan telah diliputi oleh serangkaian kemunduran politik, sejarah dan sosial ekonomi yang menimbulkan rasa keterasingan vis-a-vis kelompok luar yang dominan.

Terakhir faktor internet dan media sosial yang telah menjadi gaya hidup gen z dan millenial, hal ini menjadi lahan basah bagi kelompok ekstrim untuk merekrut anak muda gen-Z.

“Maka mau atau tak mau, suka atau tidak suka, upaya derasikalisasi, dan pencegahan radikalisme, serta penguatan moderasi beragama, harus terus digencarkan,” sebutnya.

Ia menguraikan, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 generasi Z mencapai 27,94 persen dari total 270 juta jiwa penduduk Indonesia, sedangkan generasi millenial mencapai 25,87 persen.

“Artinya jika digabungkan maka seluruhnya 53,81 persen, lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia,” kata Profesor Lukman.

Ia menambahkan, jika mereka ini tidak segera dibentengi dari penyebaran ideologi radikalisme maka hal itu bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa dan negara ini