Narasita.com- Jakarta, — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga meski menghadapi tantangan dinamika ekonomi global dan domestik. Penilaian ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 2 Januari 2025.

“Ekonomi global menunjukkan pemulihan terbatas, dengan sebagian besar data negara-negara berada di bawah ekspektasi. Inflasi yang masih persisten mendorong sikap bank sentral global lebih netral. Meski begitu, mayoritas bank sentral telah menurunkan suku bunga kebijakan dalam dua bulan terakhir.”dikutip dari keterangan OJK, Rabu(8/1/2025).

Di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi dan data ketenagakerjaan tetap solid, sementara inflasi masih cenderung tinggi. The Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Desember 2024, namun memberikan sinyal kebijakan “high for longer” dengan pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) di 2025 hanya sebesar 50 bps.

Di Tiongkok, pemulihan sisi pasokan mulai terlihat, namun permintaan masih lemah. Data Consumer Price Index (CPI) menunjukkan disinflasi, sementara ekspor terkontraksi. Kendati demikian, PMI Manufaktur mencatatkan pertumbuhan di zona ekspansi.

Di dalam negeri, kinerja perekonomian Indonesia tetap stabil. Tingkat inflasi menurun menjadi 1,55% secara tahunan, sementara inflasi inti meningkat menjadi 2,26%. Neraca perdagangan surplus berlanjut, dan PMI Manufaktur terus membaik.

Pasar saham juga mencatat perkembangan positif, dengan IHSG berada di level 7.079,91, meski secara year-to-date (ytd) turun 2,65%. Nilai kapitalisasi pasar meningkat 5,74% ytd menjadi Rp12.336 triliun. Namun, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp5,03 triliun secara bulanan.

Pasar obligasi menunjukkan indeks pasar ICBI naik 4,82% ytd meski mengalami penurunan 0,12% secara bulanan. Yield SBN rata-rata naik 12,42 basis poin secara bulanan, dengan investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) Rp4,15 triliun.

Penghimpunan dana di pasar modal terus tumbuh positif. Total nilai penawaran umum mencapai Rp259,24 triliun, termasuk Rp17,28 triliun dari 43 emiten baru melalui IPO dan penerbitan efek beragun aset. Di pipeline, terdapat 115 penawaran umum dengan nilai indikatif Rp32,58 triliun.

Sementara itu, pasar Securities Crowdfunding (SCF) juga mencatat pertumbuhan dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp1,36 triliun hingga akhir Desember 2024.

Sejak diluncurkan pada September 2023, Bursa Karbon mencatat total volume perdagangan 908.018 tCO2e dengan nilai transaksi Rp50,64 miliar hingga akhir 2024. Potensi pasar karbon masih sangat besar, didukung oleh lebih dari 4.118 pendaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI).

OJK menegaskan komitmennya untuk terus memantau perkembangan global dan domestik guna menjaga stabilitas sektor jasa keuangan. Upaya penguatan kebijakan dan inovasi pasar akan terus dilakukan untuk menghadapi tantangan ekonomi yang dinamis