Narasita.com-SIGI- Makan secara adat atau lebih lazim disebut Makan Adat adalah tradisi turun temurun yang dilakukan masyarakat adat di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah untuk menjamu tamu. Pada pelaksanaan Festival Danau Lindu 2024, Makan Adat kembali dilaksanakan, Kamis (5/9/24).

Makan Adat adalah suatu kebiasaan yang dilakukan sebagai wujud penghargaan kepada tamu atau dalam pelaksanaan even besar, berkaitan dengan budaya dan adat istiadat yang bertujuan untuk membangun etika sosial masyarakat.

Makan Adat sendiri adalah makan bersama antara masyarakat adat dengan tamu dalam suatu hajatan. Semakin lengkap menunya berdasarkan aturan adat, menandakan semakin besar jenis kegiatannya.

Makan Adat sesungguhnya adalah makan yang menggunakan dulang sebagai piring dengan dilapisi daun pisang. Dulang yang digunakan ada dua bentuk. Ada yang disertai tatakan atau kaki, ada juga yang polos. Peruntukannya menunjukan stara sosial bagi tamu yang dihidangkan.

Sementara menunya merupakan sajian nasi putih dan beras ketan merah. Sedangkan lauknya adalah daging kerbau yang dimasak kuah bening dengan nama masakan Tawalemo. Masakan itu dihidangkan dalam wadah tempurung kelapa yang dinamakan Banga.

Kerbau yang makan adalah kerbau yang dikurbankan dalam tradisi adat Metimbe, yakni pemotongan kepala kerbau sebagai simbol keselamatan sebuah lokasi untuk penanda even besar bisa dilaksanakan.

Selain itu, tradisi Makan Adat juga menyajikan masakan ikan air tawar yang dimasak kuah kuning. Jenisnya boleh ikan apa saja, dengan ketentuan berasal dari Danau Lindu.

Makan Adat memiliki aturan yang tidak boleh dilanggar, yakni peserta Makan Adat tidak boleh mencuci tangan atau berhenti makan sebelum tamu utama selesai makan. Pelanggaran itu akan mendapatkan sanksi adat berupa pembayaran denda satu ekor kerbau. Ketentuan itu akan disampaikan pemangku adat, sebelum makan dimulai.

Majelis Adat Kecamatan Lindu, Andirudin mengaku bersyukur atas kegiatan Makan Adat tersebut, yang dinilainya sukses terlaksana.

“Semua selesai dengan baik. Tidak ada yang mendapat sanksi adat, artinya ritual ini sukses terlaksana,” ujar pemangku adat tersebut.

Atas kesuksesan itu, ia juga berterima kasih kepada panitia dan berharap seluruh rangkaian acara berjalan dengan baik.

“Saya berterima kasih kepada panitia yang telah menyiapkan acara ini. Semoga seluruh kegiatan dapat berjalan dengan baik, meskipun cuaca tidak bersahabat. Kami memohon maaf apabila ada kekurangan, terkait selera mungkin yang tidak cocok dengan bapak dan ibu, tetapi itulah kemampuan kami,” akunya. (Rls-FDL 2024)