Narasita.com-PALU- Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri.

Di Palu, Sulawesi Tengah juga memiliki tradisi, yakni Iwwadh atau masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan Lebaran Arab.

Tradisi ini bertujuan untuk menjaga silaturahmi antar sesama warga keturunan Arab yang ada di Kota Palu.

Tidak hanya warga yang tinggal atau menetap di Palu saja yang mengikuti Tradisi Iwwadh ini, banyak warga keturunan Arab yang tinggal diluar Sulawesi Tengah yang datang untuk memeriahkan tradisi ini.

Farid Djavar nassar tokoh Pemuda keturunan Arab mengatakan Tradisi Iwwadh sendiri merupakan tradisi turun temurun yang pertama kali dikenalkan oleh Habib Idrus Bin Salim Al Jufri.

“Tradisi ini sudah turun temurun kami lakukan, tradisi ini dikenalkan oleh Guru Tua atau Habib Idrus Bin Salim Al Jufri. ” Ucapnya.

Iwwadh sendiri memiliki arti kembali, kata kembali sendiri mempunyai makna yang luas. Tradisi Iwwadh diawali dengan melakukan sholawat atau pujian kepada nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di masjid Alkhairat.

Selanjutnya warga keturunan Arab melakukan ziarah ke makam Habib Idrus Bin Salim Al Jufri atau Guru Tua.

Setelah itu warga keturunan Arab akan mendatangi rumah rumah dan melantunkan doa bagi pemilik rumah. Puncak perayaan tradisi Iwwadh sendiri berakhir di nadoli.

Nadoli merupakan sebuah rumah bersejarah bagi warga keturunan Arab di Palu. Rumah ini rencananya akan diusulkan untuk menjadi Cagar Budaya.

“Rencananya kami akan mengusulkan rumah nadoli sebagai Cagar Budaya karena nilai sejarahnya.” Ungkap Hakim Al Amri

Hal unik dalam Iwwadh ini adalah perang petasan yang dilakukan oleh anak anak dan remaja keturunan Arab.

Serta membagikan uang dengan cara dibuang dari lantai dua rumah nadoli, warga yang hadir akan saling berebut uang tersebut.