Narasita. Com-Palu- Program Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP), yang dimulai sejak 2018 untuk pemulihan pascabencana di Sulawesi Tengah, telah resmi berakhir.
Program ini berhasil memenuhi berbagai kebutuhan infrastruktur dan fasilitas publik bagi masyarakat terdampak bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami yang melanda wilayah tersebut.
Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Pascagempa Sulawesi Tengah, Arie Setiadi, dalam konferensi pers di Palu pada Kamis (12/12), mengungkapkan bahwa proyek dengan investasi sebesar Rp1,99 triliun ini berhasil membangun 3.880 unit hunian tetap (huntap), merestorasi 17 sekolah, dan mendirikan 7 fasilitas kesehatan.
Selain itu, lebih dari 51 kilometer jalan permukiman dan 1.000 titik Penerangan Jalan Umum (PJU) juga telah diselesaikan.
“Kami menerapkan prinsip Build Back Better dengan memperhatikan aspek ketahanan gempa, ramah lingkungan, dan aksesibilitas yang merata, termasuk untuk kelompok rentan,” kata Arie.
Program ini difokuskan di tiga wilayah utama terdampak bencana, yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Berdasarkan survei dari Evaluation Study Consultant (ESC), lebih dari 90% warga penerima manfaat menyatakan puas dengan kualitas rumah dan fasilitas yang dibangun.
Infrastruktur Lingkungan yang BerkelanjutanSelain hunian dan fasilitas publik, CSRRP juga mencakup pembangunan infrastruktur lingkungan di 27 desa/kelurahan dengan anggaran sebesar Rp45,08 miliar. Infrastruktur ini meliputi drainase, ruang terbuka hijau (RTH), dan tempat pengolahan sampah berbasis konsep reduce, reuse, recycle (TPS3R).
Direktur PKP dan Ketua PMU CSRRP, Wahyu Kusumosusanto, menjelaskan bahwa program ini mengintegrasikan lima prinsip utama: akses universal, desain ramah lingkungan, responsif gender, bangunan tahan gempa, dan keberlanjutan melalui teknologi hijau.
Distribusi Anggaran dan Harapan BerkelanjutanDari total investasi, alokasi terbesar diberikan untuk Kota Palu, yaitu sebesar 69,9%. Sementara itu, Kabupaten Sigi menerima 15,2% dan Kabupaten Donggala 14,8%. Pemerintah daerah diharapkan dapat memelihara fasilitas yang telah dibangun agar manfaatnya terus dirasakan masyarakat.
“Keberhasilan ini bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga peningkatan kualitas hidup dan keberlanjutan jangka panjang,” ujar Arie menutup keterangannya.
Dengan berakhirnya program ini, masyarakat Sulawesi Tengah diharapkan dapat terus memanfaatkan hasil pembangunan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan tangguh terhadap bencana di masa depan.