narasita.com -SIGI – Penggunaan tumbler sebagai wadah air minum di lingkungan Sekolah Sukma Bangsa Sigi, di Desa Maku, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, resmi diterapkan. Gerakan itu bertujuan untuk mendukung pemerintah dalam mengurangi sampah, khususnya sampah plastik.

Hal itulah yang mendasari komitmen Sekolah Sukma Bangsa Sigi, untuk menerapkan penggunaan tumbler di lingkungan sekolah, sebagai pemberlakuan kebijakan penolakan terhadap kemasan plastik skali pakai, baik kepada peserta didik, tenaga SDK alias guru serta tenaga non SDK (Sumber Daya Kependidikan).

“Kami telah memulai Kampanye Lingkungan. Untuk saat ini, kami kampanye penggunaan tumbler di sekolah. Sebenarnya gerakan ini sudah berjalan tiga tahun sejak sekolah berdiri,” tutur Direktur Sekolah Sukma Bangsa Sigi, Nurhayati, Rabu (11/9/24).

Menurutnya penggunaan tumbler sebagai wadah air minum bagi warga sekolah, merupakan bagian dari misi sekolah dalam menjaga sisi kesehatan dan lingkungan sekolah agar aman dan bersih, yang telah dijalankan sejak tahun 2018 silam.

Gerakan itu bertujuan untuk mendukung pemerintah dalam mengurangi sampah, khususnya sampah plastik. Hal itulah yang mendasari komitmen Sekolah Sukma Bangsa Sigi, untuk menerapkan penggunaan tumbler di lingkungan sekolah.

Saat ini, kampanye penggunaan tumbler di Sekolah Sukma Bangsa Sigi dilakukan melalui program Tumbler yang dikampanyekan siswa-siswi yang tergabung dalam Klub Climate Change, di mana bertujuan untuk menyediakan air minum yang lebih sehat, lebih aman dan yang terpenting dapat mengurangi sampah plastik.

Kampanye itu merupakan kerja sama yang mendapat dukungan dari seluruh warga sekolah. Dengan gerakan kampanye tersebut, tentunya akan membawa dampak positif.

Nurhayati meyakini inisiatif baik tersebut akan membangun kesadaran siswa, guru-guru, tenaga SDK dan non SDK, karena bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh, namun juga merupakan kepedulian terhadap lingkungan.

“Mengurangi penggunaan plastik dari kemasan kecil, dapat mengurangi keberadaan sampah secara keseluruhan,” aku Nurhayati.

Ia menyebut, tindakan membawa tumbler sebagai kemasan air minum ke sekolah, juga dapat meningkatkan perlindungan atau proteksi terhadap siswa. Selain itu, membawa tumbler ke sekolah maka dapat membantu memenuhi kebutuhan air untuk menjaga kesehatan.

Salah satu faktor yang menyebabkan anak menjadi rentan sakit adalah kurangnya cairan tubuh, dan juga apa yang dikonsumsi tidak terjamin aman dan sehat. Dengan penggunaan tumbler pribadi, konsumsi air yang dibutuhkan siswa dapat lebih terpenuhi, dan terjamin bahwa siswa mendapatkan sumber air yang sehat dan aman.

“Ini luar biasa sekali, seandainya 200 siswa sukma bangsa sigi membawa tumbler ke sekolah ketimbang membeli air mineral kemasan gelas plastik, atau jajanan sembarangan, maka sampah kecil akan banyak berkurang,” tandasnya.

Program penggunaan tumbler dipastikan akan mampu mengurangi keberadaan sampah plastik kemasan kecil. Sehingga pihak sekolah berpandangan lewat program tersebut, warga sekolah akan terbiasa membawa dan menggunakan tumbler sebagai kemasan air minum.

Program itu juga akan mendorong kebiasaan perilaku (habit) untuk mengurangi penggunaan plastik kemasan kecil yang berpotensi tercecer dan tidak terpilah, sehingga menjadi sampah.

Sebagai penanggung jawab di Sekolah Sukma Bangsa Sigi, Nurhayati berharap program yang digagas dan diterapkan di Sekolah Sukma Bangsa sigi dapat terus berjalan di lingkungan sekolah dan masyarakat secara umum.

“Kami yakin program ini akan membantu pemerintah dalam mengurangi sampah plastik,” kata Nurhayati. (non)