Narasita.com- Palu, – Dalam rangka memperingati enam tahun peristiwa gempa bumi yang mengguncang Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018, Solidaritas Tiktoker Sulteng (STS) menggelar aksi tabur bunga dan pelepasan burung di kawasan Teluk Palu sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban yang gugur dalam bencana tersebut.
Ketua Solidaritas Tiktoker Sulteng, Ali Maheki, mengatakan bahwa aksi ini merupakan simbol penghormatan kepada mereka yang menjadi korban bencana alam yang melanda Sulawesi Tengah, khususnya di Kota Palu, Donggala, dan Sigi.
“Aksi tabur bunga dan pelepasan burung ini adalah wujud dari doa dan harapan kami agar para korban yang meninggal dapat beristirahat dalam damai. Selain itu, pelepasan burung melambangkan kebebasan jiwa mereka,” ujar Ali Maheki. Sabtu (28/8/2024).
Ali juga menambahkan bahwa selain untuk mengenang para korban, diharapkan dapat menjadi pengingat bagi masyarakat luas tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, mengingat Sulawesi Tengah merupakan daerah yang rawan gempa.
“Kami ingin mengingatkan semua orang agar tidak melupakan tragedi ini dan terus berupaya untuk lebih siap menghadapi ancaman bencana di masa depan,” tambahnya.
Peristiwa gempa bumi yang terjadi pada 28 September 2018 berkekuatan 7,4 skala Richter, disusul tsunami yang menghantam Teluk Palu, serta likuifaksi di beberapa wilayah seperti Petobo dan Balaroa, mengakibatkan ribuan orang kehilangan nyawa dan rumah mereka. Bencana ini menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah Indonesia, yang tidak hanya menghancurkan infrastruktur tetapi juga meninggalkan luka mendalam di hati para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Aksi solidaritas seperti yang dilakukan oleh Solidaritas Tiktoker Sulteng ini menjadi salah satu bentuk upaya masyarakat untuk terus mengenang tragedi tersebut dan memberikan penghormatan kepada mereka yang telah pergi.
Selain tabur bunga dan pelepasan burung, juga diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.
Dalam doanya, mereka berharap agar kejadian serupa tidak lagi terulang, serta mendoakan keselamatan dan ketenangan jiwa bagi para korban dengan khidmat dan penuh haru.
“Meski sudah enam tahun berlalu, rasa kehilangan itu masih ada. Tapi dengan adanya acara seperti ini, kami merasa lebih tenang karena tahu bahwa mereka tidak dilupakan,” katanya Ali.
STS juga berkomitmen untuk terus menggelar kegiatan sosial serupa di masa mendatang, baik dalam bentuk aksi kemanusiaan maupun kegiatan edukasi terkait mitigasi bencana.
“Kami berharap, dengan adanya aksi ini, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya solidaritas dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kita tidak tahu kapan bencana akan datang, tetapi kita bisa lebih siap untuk menghadapinya,” ujarnya Ali.
Aksi tabur bunga dan pelepasan burung yang dilakukan di Teluk Palu ini pun diharapkan dapat menjadi pengingat abadi akan kekuatan alam yang pernah melanda Sulawesi Tengah, sekaligus sebagai simbol harapan dan kebangkitan bagi seluruh masyarakat yang terdampak.