Narasita.com- Palu, — Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Endi Sutendi menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi yang berpotensi meningkat pada akhir 2025.
Hal itu disampaikan Endi saat memimpin Apel Gelar Pasukan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Tahun 2025 di Palu, Rabu (5/11/2025). Dalam kegiatan tersebut, Endi membacakan amanat Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.
“Pengecekan ini bukan sekadar formalitas. Kita ingin memastikan kesiapan personel dan peralatan agar mampu merespons cepat setiap situasi bencana,” ujar Endi di hadapan peserta apel.
Menurutnya, seluruh unsur terkait — mulai dari TNI, Polri, BNPB, BMKG, Basarnas, pemerintah daerah, hingga relawan — harus memiliki koordinasi yang solid agar mampu menekan risiko korban dan kerugian akibat bencana.
Sulawesi Tengah menjadi salah satu provinsi dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana alam, terutama banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.
“Secara geografis, wilayah Sulawesi Tengah berada di zona rawan gempa dan memiliki banyak daerah pegunungan yang rentan longsor. Karena itu, kesiapsiagaan harus menjadi prioritas,” kata Endi.
Data BNPB mencatat, sepanjang 2025 telah terjadi lebih dari 2.600 bencana di Indonesia, dengan 361 korban meninggal dunia dan jutaan orang terdampak. Sementara di Sulteng, beberapa wilayah seperti Poso, Parigi Moutong, dan Sigi termasuk daerah yang kerap mengalami banjir dan tanah longsor saat musim hujan.
Endi mengingatkan bahwa BMKG memprediksi fenomena La Nina mulai November 2025 hingga Februari 2026. Meski dalam kategori lemah, fenomena tersebut dapat meningkatkan intensitas curah hujan di atas normal, terutama di wilayah selatan Indonesia, termasuk sebagian Sulawesi.
“Kita tidak boleh lengah. Bencana bisa datang kapan saja, dan yang paling menentukan adalah kecepatan serta ketepatan respons di lapangan,” ujarnya.
BMKG juga mencatat sekitar 43,8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, dengan puncak hujan terjadi antara November 2025 hingga Januari 2026. Kondisi ini dapat memicu banjir, tanah longsor, dan angin kencang di sejumlah daerah.
Dalam arahannya, Kapolda menyampaikan delapan langkah strategis untuk menghadapi potensi bencana, antara lain:melakukan deteksi dini dan pemetaan wilayah rawan,memastikan kesiapan peralatan dan logistik,memberikan imbauan kamtibmas terkait cuaca ekstrem,serta mengedepankan pendekatan empati dan profesionalisme dalam tugas kemanusiaan.
Ia juga menekankan pentingnya latihan rutin dan simulasi tanggap darurat di setiap wilayah.
“Simulasi bukan hanya untuk personel, tapi juga edukasi bagi masyarakat agar tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi,” ucapnya.
Endi menegaskan, kesiapsiagaan terhadap bencana bukan semata tanggung jawab instansi tertentu, melainkan wujud nyata kehadiran negara dalam melindungi rakyat.
“Seperti pesan Presiden Prabowo Subianto, kekuasaan yang diberikan rakyat harus digunakan untuk melindungi mereka dari segala bahaya. Itulah esensi dari tugas kita semua,” kata Endi menutup sambutannya.
Apel tersebut dihadiri oleh unsur TNI, BNPB, Basarnas, BPBD, BMKG, relawan, serta perwakilan pemerintah daerah. Dalam kegiatan itu juga dilakukan pengecekan peralatan evakuasi, kendaraan operasional, dan logistik tanggap darurat.(Ist)















